Senin, 23 Mei 2016

Long Distance Relationship

Aku yakin dan sangat percaya, keseluruhan mahkluk yang keturunan Adam dan Hawa mengetahui kata " Long Distance Relationship ".
walaupun sebagian orang memiliki persepsi masing - masing yang tidak dapat dijangkau oleh seseorang yang sedang menulis blog ini.

Aku tidak akan membahas mengenai persepsi orang - orang sekitar yang hanya menerka sebuah hubungan jarak jauh.
aku memiliki persepsi dan cerita sendiri terkait dengan kata menyeramkan yaitu " Long Distance Relationship ". aku dapat mengatakan kata ini menyeramkan, karena aku tau, bukan sekedar mendengar dari cerita mereka segelintir remaja yang sedang menjalaninya.... namun, untuk saat ini aku masih terikat dalam kisah ini.

Aku tidak ingin mengatakan bodoh kepada mereka yang rela menjalankan hubungan jarak jauh, karena jika aku mengatakan itu ya itu untuk diriku sendiri.
Mengapa melakukan hal hal sulit, jika yang mudah dapat dilakukan. mengapa mau menjalankan kisah yang sebagian besar dilakukan hanya dengan telepon.

Apakah mereka yang menjalaninya bahagia ?
aku menjawab bahwa hal ini sama saja dengan hubungan jarak dekat.
Bahagia itu relatif tergantung si pelaku, mau mengangap segala kesulitan dan kebosanan itu adalah sebagian dari kebahagiaannya yang tertunda.
Bagi pelaku yang sedang menjalankan hubungan jarak jauh, kebahagiaan mereka akan datang saat tujuan hubungan mereka berakhir, tidak lagi menjalani hubungan jarak jauh... hidup bahagia bersama dan merasakan hubungan jarak dekat dengan mengganti status menjadi sepasang suami istri.
Walaupun mereka tidak tau bagaimana rasanya menjalani hubungan jarak dekat dengan wakut yang lama, yang mereka tau saat bertemu itu adalah kebahagiaan yang sangat dirindukan.

Apakah kerinduaan saat hubungan jarak jauh dibekukan dan dicairkan saat pertemuan ?
kalian tidak akan paham bagaimana mengatur kerinduaan agar tidak merajalela dan mengubah segala hari hari menjadi gelisah dan kekanakan.
Bagiku si rindu adalah sosok yang sangat egois dan keras kepala. aku berusaha terus membujuknya untuk tetap pada posisi belakang dan tidak menduduki posisi utama pada pikiranku.
aku ingin dia diam saja disana, tidak berkata, tidak melakukan sesuatu apapun.
Saat ini, hal ini adalah salah satu masalah yang paling tidak dapat aku tutupi dalam hubungan jarak jauh ini.
semua orang pasti mengetahui bagaimana si rindu jika telah menduduki posisi utama pada pikiran, dia akan seenaknya seperti penjajah saat indonesia masih terpuruk.
tapi, bagi kalian yang ingin menjalani hubungan jarak jauh ini...
lakukan komitmen atas hubungan ini terlebih dahulu, bukan sekedar komitmen untuk tetap mencintai disaat jauh.
lebih kepada sikap terhadap pasangan, seperti :
Sikap perduli ( tidak cuek, memberikan sebagian waktu ), terbuka, menjadi sesorang yang tidak mengesalkan dikeadaan yang genting ( saat kerinduan datang ), tidak akan mengatas namakan jarak jika terjadi kebosanan.
bagi si pelaku hubungan jarak jauh, yang terpenting adalah pasangan yang mengenal mu, menjadikan mu bagian yang  berharga walaupun kau jauh dari sisinya.
Saat rindu menduduki posisi utama pikiranmu, yang kamu butuhkan adalah dia yang dapat menjinakan si rindu agar kembali pada tempat dibelakang. bukan menguncinya dan menjerujinya hingga akhirnya dia akan menghilang karena terpuruk.

jangan ikuti caraku, saat ini aku sedang berusaha menjeruji si rindu. karena tidak ada salah satu dari kami sang penjajak hubungan jarak jauh ini dapat menjinakan si rindu.
aku tau, si rindu akan tiada jika hal ini terus aku lakukan padanya. AKU TAU.
aku tidak akan menyalahkan siapapun jika si rindu akhirnya menghilang, aku merelakannya.

Apakah mereka saling percaya satu sama lain ?
aku, tidak mempercayai dia yang jauh dari mataku; sama sekali tidak percaya.
segala kisah yang pernah terjadi di masa lalu, tidak mungkin dapat aku hilangkan dari pikiranku.
Lelaki ? sudah beristri saja masih bisa menggoda / tergoda pada wanita muda.
apalagi masih berpacaran, hubungan ini setingkat lebih tinggi ( sedikit ) dari hubungan pertemanan.
jadi, kalian dapat menebak maksud ku sendiri. 
 

Namun, ini adalah cara pikirku selaku perempuan. lain waktu jika aku sudah berganti jenis kelamin dan cara pikirku berubah menjadi seorang lelaki, aku akan menjelaskan dengan cara pikir laki - laki.


Salam,
ASS



Tidak ada komentar:

Posting Komentar